Selasa, 08 Maret 2011

Pemanfaatan IT & ICT dalam Pembelajaran Biologi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan masuknya era globalisasi  dan era informasi. Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) atau secara internasional dikenal dengan istilah ICT ( Information and Communication Technology ) sangat penting di era ini. Ini dilihat dari kebutuhan primer di era digital, dimana kebutuhan akan informasi serta kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Sehingga penerapan IT dan ICT memiliki keunggulan dengan tersedianya informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar. Penerapan IT dan ICT juga memiliki keunggulan khas yaitu tidak terbatasi oleh tempat dan waktu. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional juga telah merespon keadaan di atas dan adanya era informasi ini dengan merumuskan kebijakan peningkatan akses, efisiensi, efektivitas dan kualitas pendidikan serta manajemen pendidikan dengan implementasi ICT.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengharuskan pengembangan IT dan ICT dalam dunia pendidikan di Indonesia. Agar kualitas sumber daya manusia Indonesia yang merupakan produk dari pendidikan itu semakin baik dan dapat bersaing dalam dunia yang berbasiskan teknologi. Oleh sebab itu Depertemen Pendidikan Nasional melalui PUSTEKKOM melakukan pengembangan terus menerus terhadap ICT untuk dunia pendidikan di Negara kita ini. Untuk melihat hal ini lebih luas lagi, maka dalam makalah ini akan membahas tentang pengaruh IT dan ICT dalam khususnya dalam pengembangan pembelajaran biologi di Indonesia.

1.2.    Rumusan Masalah

         Sesuai dengan masalah yang sudah dibatasi, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji adalah:
1.      Bagaimana Pengintegrasian atau Manfaat TIK ke dalam Proses Pembelajaran Biologi?
2.      Bagaimana Kegunaan TIK dalam Pembelajaran Biologi?
3.      Bagaimana Penggunaan ICT dalam Pengajaran dan Pembelajaran Biologi?
1.3.    Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:
  1. Mengetahui Pengintegrasian atau manfaat TIK ke dalam Proses Pembelajaran  Biologi
  2. Mengetahui Kegunaan TIK dalam Pembelajaran Biologi
  3. Mengetahui Penggunaan ICT dalam Pengajaran dan Pembelajaran Biologi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.        Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT), adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan dan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.
TIK menjadi simbol kemajuan bagi sebuah bangsa, maka tak heran kalau TIK menjadi mata pelajaran yang harus dikuasai oleh pelajar saat ini. TIK menjadi sesuatu yang mutlak untuk dikuasai untuk mengejar ketertinggalan teknologi bangsa Indonesia. Bahkan di berbagai lembaga pendidikan saat ini pasti akan memprioritaskan dan menambah pelajaran TIK dalam jadwal pelajarannya serta memperbanyak media-media yang membantu pengembangan pembelajaran. Perkembangannya yang sangat cepat dan pesat menuntut semua komponen lembaga pendidikan harus mampu mengejarnya, tak terkecuali tenaga pendidik.
Kehadiran TIK akan memperkuat model pembelajaran yang berpusat pada pelajar di samping yang sudah berkembang secara konvensional. Ini sebagaimana diramalkan oleh Wrigley bahwa pada saatnya ketika datang era informasi, peran tenaga pendidik akan berkurang seiring makin pesatnya penggunaan komputer berbasis jaringan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kehadiran TIK bagi sebagian kalangan akan memberi jawaban terhadap persoalan pendidikan, misalnya menambah kekayaan media pembelajaran dari yang sudah ada. sementara menurut penelitian dari PBB, Indonesia menempati urutan ke 106 dari 180 negara yang disurvai dalam hal penggunaan IT. Namun penelitian di Amerika sendiri menyatakan bahwa di negara pusat teknologi ini juga tidak merata dalam penggunaan IT dalam pendidikan.
Dalam menghadirkan fungsi teknologi asas praktis, efektif dan efisien menjadi acuan acuan utama. Artinya kalau kehadirannya justru menyulitkan dan menambah beban materi dan waktu maka kehadiran TIK justru tidak ada gunanya. Namun rasanya hal ini tidak akan terjadi di era informasi ini. Di mana perangkat komunikasi nirkabel sudah merambah sampai ke pelosok pedesaan. Kehadiran teknologi ini harus digunakan sebaik-baiknya dengan pengelolaan yang tepat. TIK yang sudah menyatu kehadirannya dengan masyarakat menjadi sesuatu yang harus dimuati nilai baik. Maka tugas tenaga pendidik untuk menangkap kehadiran TIK ini menjadi sesuatu yang positif dan berdaya guna bahkan menjadi bernilai ekonomis (ergonomis).
2.2.        Pengintegrasian atau Manfaat TIK ke dalam Proses Pembelajaran Biologi
Secara umum dengan terintegrasikannya kelas dengan ICT maka sangat dimungkinkan bahwa kelas bisa dibawa ke kancah global. Kelas bisa terhubung tanpa sekat dengan kelas yang lain, bahkan “dunia lain”. Dengan demikian pembatasan dan konsepnya harus jelas. Untuk apakah penggunaan ICT dalam kelas? Apakah akan belajar menggunakan ICT ataukan Menggunakan ICT untuk belajar? Idealnya tentu adalah bagaimana memanfaatkan ICT untuk belajar. Sehingga pengintegrasian teknologi TIK dalam proses belajar untuk semua bidang salah satunya adalah pendidikan khususnya dalam Biologi, mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran sama maknanya dengan menggunakan TIK untuk belajar (using ICTs to learn) sebagai lawan dari belajar menggunakan TIK (learning to use ICTs). Belajar menggunakan TIK mengandung makna bahwa TIK masih dijadikan sebagai objek belajar atau mata pelajaran. Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam pembelajaran kedalam empat tahap sebagai beirkut:
1.             Tahap emerging, baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran dalam Biologi.
2.             Tahap applying, satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran) hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memanfaatkan TIK yang sedang berkembang saat ini, untuk mendapatkan informasi tentang Biologi dengan cepat dan mudah.
3.             Pada tahap integrating, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran) untuk menujang pembelajaran Biologi agar lebih mudah diserap atau mudah dimengerti oleh peserta didik dalam pembelajaran Biologi.
4.             Tahap transforming merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan atau evolusi pendidikan.
TIK diaplikasikan secara penuh, baik untuk proses pembelajaran Biologi, untuk menunjang sarana belajar khususnya dalam ruang lingkup Biologi.
Maka perlu adanya Pengintegrasian TIK ke dalam Proses Pembelajaran Biologi.
ini sangat berkaitan erat dengan mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Tahun 2020 Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas (AFTA). Pada masa itu, masyarakat Indonesia harus memiliki ICT literacy yang mumpuni dan kemampuan menggunakannya untuk meningkatkan produktifitas (knowledge-based society).
Pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran Biologi dapat meningkatkan ICT literacy, membangun karakteristik masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) pada diri siswa, disamping dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran Biologi itu sendiri. Dalam pembelajaran Biologi selalu diadakan kegiatan praktikum untuk menujang kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan bahan atau contoh yang nyata, misalnya praktikum tentang morfiologi tumbuhan disana para peserta praktikum membawa bahan yang akan di praktikumkan.
Pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran Biologi memiliki beberapa tujuan utama:
1.             Untuk membangun ”knowledge-based society habits” dalam Biologi seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving) tentang Biologi kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari informasi tentang Biologi, mengoleh/mengelola informasi tersebut ,dan mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada oranglain.
2.             Untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy) untuk kelancaran proses belajar dalam ruang lingkup biologi.
3.              Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran Biologi.
Maka untuk mendorong kesiapan SDM di era global melalui pendidikan di sekolah, maupun di perguruan tinggi, pengintegrasian TIK kedalam proses pembelajaran perlu dilakukan     untuk.
4.             Meningkatkan propesional guru dalam meningkatkan sumber daya manusia agar tidak gagap dan ketinggalan dalam penggunaan TIK di sekolah khususnya dalam mendalami TIK biologi.
5.             Mengubah sekolah di Indonesia menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis sehingga murid-murid menjadi pembelajaran yang lebih termotivasi, selalu ingin tahu dan kreatif khususnya dalam pengembangan pembelajaran biologi.
Mengintegrasikan manfaat TIK dalam belajar Biologi
terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan guru Biologi ketika merencanakan pembelajaran Biologi yang mengintegrasikan TIK, yaitu:
1.             Pendekatan topik (theme-centered approach); Pada pendekatan ini, topik atau satuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang dilakukan adalah: Menentukan topik tentang Biologi.
a.    Menentukan tujuan pembelajaran Biologi yang ingin dicapai; dan
b.    Menentukan aktifitas pembelajaran Biologi dan software (seperti modul. LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran Biologi tersebut.
2.             Pendekatan Software (Software-centered Approach);
menganut langkah yang sebaliknya. Langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi software (seperti bku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang ada atau dimiliki terlebih dahulu. Kemudian menyesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran Biologi yang relevan dengan software yang ada tersebut. MSWord. Atau kalau perlu mempresentasikan hasilnya dengan menggunakan MSPowerpoint.

2.3.        Kegunaan TIK dalam Pembelajaran Biologi
Secara teoretis menurut pendapat Jonasen TIK memainkan peran yang sangat luar biasa untuk mendukung terjadinya proses belajar dalam lingkup Biologi antara lain adalah sebagai berikut:
1.             Active; memungkinkan siswa atau mahasiswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar Biologi yang menarik dan bermakna.
2.             Constructive; memungkinkan siswa atau mahasiswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan Biologi yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3.             Collaborative; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
4.             Intentional; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5.             Conversational; memungkinkan proses belajar Biologi secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa atau mahasiswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar jam pelajaran.
6.             Contextualized; memungkinkan situasi belajar Biologi diarahkan pada proses belajar Biologi yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”.
7.             Reflective; memungkinkan siswa atau mahasuswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar Biologi itu sendiri.

Dengan kata lain, TIK memungkinkan pembelajaran Biologi dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar Biologi(multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik . dengan kemajuan TIK memungkinkan pembelajaran Biologi disampaikan secara interaktif dan simulatif sehingga memungkinkan siswa atau mahasiswa belajar secara aktif. TIK juga memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung meningkatkan ”ICT literacy”.
Pemanfaatan ICT ini secara umum bertujuan menghubungkan murid-murid dengan jaringan pengetahuan dan Informasi. Selain itu mengembangkan sikap dan kemampuan murid-murid untuk belajar sepanjang hidup (long life education). Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK baik yang bersifat off line mau pun on line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat. Penggunaan dan pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran sangat membantu dalam meningkatan kuantitas peserta didik. Dalam kebijakan Nasional TIK menjadi Kunci dalam dua hal yaitu:
1.             Effisiensi proses
2.             Memenangkan Kompetisi.
         Prinsip umum penggunaan teknologi, dalam hal ini ICT, adalah sebagai berikut:
1.             Efektif dan efisien. Penggunaan ICT harus memperhatikan manfaat dari teknologi ini dalam hal mengefektifkan belajar, meliputi pemerolehan ilmu, kemudahan dan keterjangkauan, baik waktu maupun biaya. Dengan demikian, penggunaan ICT yang justru membebani akan berakibat tidak berjalannya pembelajaran secara efektif dan efisien.
2.             Optimal. Dengan menggunakan ICT, paling tidak pembelajaran menjadi bernilai “lebih” daripada tanpa menggunakannya. Nilai lebih yang diberikan ICT adalah keluasan cakupan, kekinian (up to date), kemodernan dan keterbukaan.
3.             Menarik. Artinya dalam prinsip ini, pembelajaran di kelas akan lebih menarik dan memancing keingintahuan yang lebih. Pembelajaran yang tidak menarik dan memancing keingintahuan yang lebih akan berjalan membosankan dan kontra produktif untuk pembelajaran.
4.              Merangsang daya kreatifitas berpikir pelajar.
Dengan menggunakan ICT tentu saja diharapkan pelajar mampu menumbuhkan kreativitasnya dengan maksimal yang terdapat di dalam diri mereka. Seorang anak yang mempunyai kretaivitas tinggi tentunya berbeda dengan pelajar yang mempunyai kreativitas rendah. Pelajar yang mempunyai kreativitas tinggi tentunya akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan cepat dan tanggap terhadap permasalahan yang muncul. Sedangkan pelajar yang berkreativitas rendah terlihat kurang menanggapi permasalahan dalam pembelajaran. Pelajar yang kurang kreativitas tidak akan bisa dengan cepat menyelesaikan tugas, dan apabila kesulitan dalam membuat tugas pelajar tersebut terlambat reaksinya untuk bertanya kepada orang lain.
Dengan demikian tujuan ICT akan sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri ketika digunakan dalam pembelajaran. Penggunaan ICT justru tidak menjadi penghambat dalam pembelajaran namun akan memberikan manfaat yang lebih dalam pembelajaran.
2.4.    Penggunaan ICT dalam Pengajaran dan Pembelajaran Biologi
(a) Tutorial
ICT digunakan untuk pembelajaran tutorial apabila digunakan untuk menyampaikan informasi atau pelajaran berdasarkan urutan-urutan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran tutorial meliputi :
1.             Pembelajaran ekspositori yaitu penjelasan terperinci mengenai materi yang sedang berjalan.
2.              Demonstrasi dan latihan. Mengajak siswa untuk terlibat dalam proses belajar dengan mendekatkan mereka ke alam atau lapangan kemudian memberikan soal latihan sebagai tes pemahaman.

(b) Eksplorasi
Penggunaan ICT untuk pembelajaran berlaku apabila ICT digunakan sebagai media  untuk :
1.    Mencari dan mengakses informasi dari internet mengenai topik biologi.
2.     Melihat demonstrasi sesuatu kejadian  sesuai urutan dengan soft ware dan hard ware dengan video atau animasi.

(c) Alat aplikasi.
ICT dikatakan sebagai alat aplikasi apabila  membantu murid melaksanakan tugas Contoh : membuat dan menganalisa proses fhotosintesis.

(d) Komunikasi
ICT dikatakan sebagai alat untuk memudahkan  komunikasi antara tenaga pendidik dengan murid dalam mengirim,dan menerima informasi.
BAB III
PENUTUP
3.1.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangatlah penting. Dengan adanya TIK  maka proses pembelajaran disekolah khususnya pelajaran biologi dapat lebih mudah karena dengan perkembangan TIK mempermudahkan kita dalam mencari informasi, manipulasi, pengelolaan, dan transfer atau pemindahan informasi khususnya dalam bidang Biologi, sehingga pengintegrasian TIK dalam proses belajar Biologi menjadi berperan penting dalam: 1) Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa khususnya dalam bidang Biologi; 2) Mengembangkan keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT literacy) itu sendiri, untuk kelancaran proses belajar dalam ruang lingkup Biologi, 3) Untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan proses pembelajaran di bidang biologi. 4) Meningkatkan propesional guru dalam meningkatkan sumber daya manusia agar tidak gagap dan ketinggalan dalam penggunaan TIK di sekolah khususnya dalam mendalami TIK biologi. 5) Mengubah sekolah di Indonesia menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis sehingga murid-murid menjadi pembelajaran yang lebih termotivasi, selalu ingin tahu dan kreatif khususnya dalam pengembangan pembelajaran biologi. Sehingga TIK memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung meningkatkan ”ICT literacy”


DAFTAR PUSTAKA

Dewi. dkk., (2010), Makalah ICT dalam Pembelajaran, http://blog.student.uny.ac.id/vitasd/2011/01/05/makalah-ict-dalam-pembelajaran/
Kariadinata. R., (2011), Penerapan Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Multimedia, http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&dopdf=1&id=83
Murniati., (2010), IT dan ICT dalam Pembelajaran Biologi, http://nanibanda.blogspot.com/2010/09/it-dan-ict-dalam-pembelajaran-biologi.html
Siskarini. D., (2010), Peranan Teknologi Informasi Sebagai Media Pembelajaran,  http://semilirsenja.blogspot.com/2010/03/teknologi-informasi-sebagai-media_03.html








Filsafat


NAMA: Alfi Syahfitri
NIM     : 8106173021’A
Filsafat
·         Filsafat adalah pandangan hidup seseorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sungguh-sungguh, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda). Sehingga Filsafat menjadi ilmu istimewa dan merupakan ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan  yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Dengan mempelajari filsafat berarti mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis, ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik atau sebuah bentuk dialog. Dan kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Filsafat ilmu pengetahuan
·         Filsafat ilmu pengetahuan diperoleh dengan cara sadar, dengan melakukan sesuatu tehadap objek yang didasarkan pada suatu sistem. Prosesnya mengikuti metode, serta melakukannya dengan cara berurutan yang kemudian diakhiri dengan verifikasi atau pemeriksaan tentang kebenaran ilmiah (kesahihan). Dengan demikian pendekatan filsafat ilmu mempunyai implikasi pada sistematika pengetahuan sehingga memerlukan prosedur yang memenuhi aspek metodologi, bersifat teknis dan normatif akademik. Pada kenyataannya filsafat ilmu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangannya seiring dengan pemikiran tertinggi yang dicapai manusia. Oleh karena itu filsafat sains modern yang ada sekarang merupakan output perkembangan filsafat ilmu terkini yang telah dihasilkan oleh pemikiran manusia. Filsafat ilmu dalam perkembangannya dipengaruhi oleh pemikiran yang dipakai dalam membangun suatu ilmu pengetahuan.

PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
  • Dilihat dari obyek material (lapangan)
Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
  • Obyek formal (sudut pandangan)
  1. Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
  2. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya.
  3. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
  4. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
  5. Filsafat = berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala hal tanpa ada eksperimen. Sedangkan ilmu pengetahuan = selalu dengan eksperiman untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya

·         Ilmu pengetahuan (Science) merupakan suatu proses pemikiran dan analisis yang dilakukan secara empiris, rasional, sistematik, logis, konsisten dan bersifat umum dengan cara melakukan tahapan metode ilmiah atau melakukan pengamatan dan observasi. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum yang amat luas mencakup persoalan yang bersifar supermakro, makro, mikro. Hal ini jelas terlihat pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedoteran,pertanian, dan sebagainya.

·         Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui atau diperoleh manusia dengan pengmatan inderawi, pengetahuan itu muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian yang belum pernah dilihat atau dirasakan misalnya ketika seseorang mencicipi suatu masakan yang baru dikenalnya, dia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma dari masakan tersebut .

·         Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup dan kehidupan, baik itu tumbuhan atau hewan. Biologi dibagi menjadi beberapa kelas, diantaranya Zoologi, Botani, Mikrobiologi, Virologi, dll

·         Pendidikan Biologi adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya kepribadian individu dengan mempelajari tentang mahluk hidup, baik itu tumbuhan atau hewan dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

·         Agama merupakan aturan atau suatu sistem atau prinsip kepercayaan kepada tuhan dan mengatur tata cara hidup manusia, hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.

Senin, 07 Maret 2011

Pengembangan Kurikulum di Indonesia

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Oleh: Alfi Syahfitri

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Pendidikan di indonesia sudah mulai ketinggalan dengan negara lain sehingga pendidikan di indonesia harus menjadi perhatian serius pemerintah dan semua pihak. Sehingga outcome pendidikan tersebut akan berkwalitas dan mampu menghadapi berbagai tantangan pada zaman global dengan menganut nilai-nilai etika dan moral yang ada. Ini tidak terlepas dari aadanya kurikulum yang merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan berantakan dan tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, membahas mengenai kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari pengertian kurikulum, posisi kurikulum dalam pendidikan, dan proses pengembangan suatu kurikulum. Pembahasan mengenai ketiga hal ini dalam urutan seperti itu sangat penting karena pengertian seseorang terhadap arti kurikulum menentukan posisi kurikulum dalam dunia pendidikan dan pada gilirannya posisi tersebut menentukan proses pengembangan kurikulum.
Definisi kurikulum yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Dan posisi kurikulum akan memberikan pengaruh terhadap apa yang harus dilakukan kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Pengertian dan posisi kurikulum akan menentukan apa yang seharusnya menjadi perhatian awal para pengembang kurikulum, mengembangkan ide kurikulum, mengembangkan ide dalam bentuk dokumen kurikulum, proses implementasi, dan proses evaluasi kurikulum. Pengertian dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan menentukan apa yang seharusnya menjadi tolak ukur keberhasilan kurikulum, sebagai bagian dari keberhasilan suatu pendidikan.
1.2.Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang penulis ingin coba dibahas dalam makalah ini adalah meliputi:
1.      Bagaimanakah pengembangan kurikulum di indonesia?
2.      Bagaimanakah model-model pengembangan kurikulum?
1.3. Tujuan Masalah
Tujuan dari pada pembuatan makalah ini adalah antara lain:
1.      Untuk mengetahui perkembangan kurikulum di indonesia.
2.      Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum.
PEMBAHASAN
·         Definisi Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa Inggris “Curriculum” berarti Rencana Pelajaran. (S. Wojowasito-WJS. Poerwadarminta, 1980 : 36.). Secara istilah, kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. (Depag. RI. Dir. Jen. Kelembagaan Agama Islam, 2004 : 2).
·         Pengembangan Kurikulum
            Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan organisasi berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal, pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum yang lainya, untuk memudahkan proses belajr mengajarnya.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum:
  1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan yang jelas. Salah satu maksud utama rencana kurikulum adalah mengidentifikasi cara untuk tercapainya tujuan.
  2. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan disekolah merupakan bagiana dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
  3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajr yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
  4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas di antara para pelajar. Proses belajar akan menyenangkan jika rencana kurikulum menyediakan berbagai kesempatan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi pribadi.
  5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belaj mengajar, seperti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
  6. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh karena itu pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang kebutuhan perkembangan, gaya belajar, konsep diri sebagi pelajar, dan lain-lain.
  7. The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah. Karena pendekatan ini menjaga keseimbangan dan memenuhi tujuan pendidikan yang luas serta diversitas kebutuhan dikalangan siswa.
  8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru dan siswa. Dan memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dengan siswadalam situasi belajr yang khusus.
  9. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengembangan kurikulum terjadi akibat dari rasa ketidak puasan masyarakat terhadap suatu kurikulum yang sedang ataupun sudah berlaku. Namun, tidak semua rasa tidak puas ini memicu pengembangan kurikulum. Maka perlu diteliti lagi tentang konsep dari pengembangan kurikulum itu. Istilah pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang baru dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum, pelaksanaan disekolah-sekolah disertai pengawasan secara intensif dan penyempurnanaan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum atas hasil penelitian. Pengembangan kurikulum juga perubahan dan peralihan total atau dari suatu kurikulum ke kurikulum yang lain.

·         Prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum
            Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum  Asep Herry Hernawan dkk (2002) dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam mengembangkan sebuah kurikulum harus menganut 5 prinsip yaitu :
1. Prinsip Relevansi
            Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen- komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan
perkembangan masyarakat (relevansi sosiologis).
2. Prinsip Fleksibilitas
            Dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip Kontuinitas
            Maksudnya adalah adanya sebuah kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang di sediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip Efsiensi
            Yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektifitas
            Yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.Langkah-langkah pengembangan kurikulum
            pada dasarnya ada dua prosedur utama untuk mengubah atau mengembangkan kurikulum yaitu “administrative approach” yaitu yang direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi”from the top down”, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua yaitu “grass roots approach” yaitu yang dimulai dari akar “from the bottom up” dari bawah ke atas yaitu pihak guru atau sekolah dengan harapan akan meluas ke sekolah-sekolah lainnya. Untuk di Indonesia digunakan administrative approach.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum agar dapat berhasil dengan baik maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengaruh faktor-faktor yang pendorong pembaharuan kurikulum, 2. Inisiasi pengembangan, 3.Innovasi kurikulum baru, 4.Difusi (penyebaran) pengetahuan dan pengertian tentang pengembangan kurikulum di luar lembaga-lembaga pengembangan kurikulum, 5. Implementasi kurikulum yang telah dikembangkan disekolah-sekolah, dan 6. Evaluasi kurikulum.
  • Model – Model pengembangan kurikulum
  1.  Model Pengembangan Kurikulum Rogers
            Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers, yaitu Model I adalah model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi, model tersebut merupakan model tradisional yang masih dipergunakan. Model I ini mengabaikan cara-cara (metode) dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan urutan atau organisasi bahwa pelajaran secara sistematis, suatu hal yang seharusnya dipertimbangkan juga. Model II, model ini dilakukan dengan menyempurnakan model I yaitu tentang metode dan organisasi bahan pelajaran. Dalam pengembangan kurikulum pada Model II di atas, sudah dipikirkan pemilihan metode yang efektif bagi berlangsungnya proses pengajaran. Di samping itu, bahan pelajaran juga sudah disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar dan juga memperhatikan luas dan dalamnya suatu bahan pelajaran. Akan tetapi, Model II belum memperhatikan masalah teknologi pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan pengajaran. Model III, pengembangan kurikulum ini merupakan penyempurnaan Model II yaitu dengan memasukkan unsur teknologi pendidikan ke dalamnya. Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran hanya akan sampai pada Model III. Padahal masih ada satu lagi masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu yang berkaitan dengan masalah tujuan. Model IV, merupakan penyempurnaan Model III, yaitu dengan memasukkan tujuan ke dalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian yang dilakukan.
  1. Model Administratif
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Model administratif sering pula disebut sebagai model “garis staf” (line staff) atau “dari atas ke bawah” (top down), karena inisiatif dan gagasan dari pada administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan (dirjen, direktur atau kakanwil pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum, yang anggotanya terdiri atas pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Model kurikulum seperti ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara yang kemampuan profesional tenaga pengajarnya masih rendah.
  1. Model dari Bawah (The Grass Roots Model)
Model dari bawah ini merupakan lawan dari model administratif. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum berasal dari bawah, yaitu para pengajar yang merupakan pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah. Model ini mendasar pada anggapan bahwa penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya diikutsertakan pada kegiatan pengembangan kurikulum.
Pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum model ini adalah pengembangan kurikulum secara demokratis yaitu berasal dari bawah. Guru adalah perencana, pelaksana dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya, guru yang paling tahu kebutuhan kelasnya. Oleh karena itu, dialah yang kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Keuntungan model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan berbagai pihak bawah khususnya para pengajar. Pengembangan kurikulum model dari bawah ini menuntut adanya kerjasama antar guru, antar sekolah-sekolah, serta harus ada kerjasama antar pihak orang tua murid dan masyarakat.
Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model ini memungkinkan terjadinya kompetisi didalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan sehingga dapat melahirkan manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
  1. Model Beauchamp (Beauchamp’s System)
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh G.A. Beauchamp’s (1964), ia mengemukakan lima hal penting dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1. Menetapkan “arena atau lingkup wilayah” yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,yaitu berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional atau nasional. 2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. 3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini untuk merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, kegiatan evaluasi dan menentukan seluruh desain kurikulum.
  1.  Model Terbaik Hilda Taba (Taba’s Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya model ini disebut “model terbalik”. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model taba ini, yaitu: 1) Mengadakan unit-unit eksperimen kerjasama guru-guru. Didalam unit eksperimen ini diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktek. 2) Menguji unit eksperimen. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan kepraktisannya untuk kelas-kelas atau tempat lain. 3) Mengdakan revisi dan konsolidasi terhadap hasil unit eksperimen. 4) Menyusun kerangka kerja teoritis. Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan. 5) Menyusun kurikulum, yang dikembangkan secara menyeluruh dan mendiseminasikan (menerapkan kurikulum pada daerah atau sekolah yang lebih luas).


  1.  The Systemic Action-Research Model
               Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi ahwa perkembangan kurikulu merupakan perubahan sosial. Hal ini mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekola, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut, model ini menekankan pada tiga hal, yaitu : hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat serta wibawa dari pengetahuan profesional. Penyusunan kurikulum dengan memasukkan pandangan dan harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action-research.
              Langkah pertama, mengadakan kajian secara seksama tentang masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil kajian itu, disusun rencana menyeluruh tentang cara-cara mengatasi masalah dan tindakan apa yang harus diambil.
Langkah kedua, mengimplementasi dari keputusan yang diambil dengan kegiatan mengumpulkan data dan fakta. Kegiatan ini mempunyai beberapa fungsi yaitu : (1) menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, (2) sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi, (3) sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi, (4) sebagai bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.
  1. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum.Tumbuh kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya:
1. The Behavioral Analysis Model. Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku / kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku yang sederhana yang tersusun secara hirarkis. 2) The System Analysis Model. Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasi siswa. Langkah kedua menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil belajar tersebut. Langkah ketiga mengidentifikasi tahap-tahap hasil yang dicapai serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan. 3) The Computer-Based Model. Suatu pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut. Stelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil belajar siswa disimpan dalam komputer.
Kesimpulan
  • Pengembangan kurikulum terjadi akibat dari rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu kurikulum yang sedang ataupun sudah berlaku sehingga dilakukanlah perubahan untuk mencapi kesempurnaan dari kurikulum yang ada kemudian diperbaiki menjadi kurikulum yang baru. Pengembangan kurikulum juga perubahan dan peralihan total atau dari suatu kurikulum ke kurikulum yang lain. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum, pelaksanaan disekolah-sekolah disertai pengawasan secara intensif dan penyempurnanaan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum atas hasil penelitian. Karena kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sehingga kurikulum merupakan alat penting dalam proses pendidikan.
  • Model-model dari pengembangan kurikulum banyak yang dapat digunakan. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya, serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan yang mana, cocok digunakan untuk pendidikan di negara kita. Sebab Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi.
Saran
            Sebaiknya pengembangan kurikulum tidak hanya memperhatikan kurikulum yang harus disempurnakan, tetapi harus dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa yang dimiliki. Sebab hal ini terbukti dari posisi negara kita dalam tingkat kemajuan pendidikan masih kalah jauh dengan negara. Dan dibuktikan dengan data yang menunjukkan peringkat Indonesia masih berada pada No 62 dari 130 negara yang ada.

Referensi
Annasyir, Sur. 2010. Prinsip dan Pendekatan Kurikulum.
http://sur89-  surbaini.blogspot.com/2010_05_01_archive.html

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.Jumari. 2007.


Nasution. 1999. Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Prinsip Pengembangan Kurikulum.


Sianturi, dkk. 2009. Telaah Kurikulum Biologi SMA. Medan: FMIPA UNIMED